Surat kecil untuk seorang sahabat lama
ini untuk kesekian kalinya aku menulis surat yang tak aku kirimkan padamu, untuk kesekian malam pula kau hadir dalam mimpiku, mimpi yang seringkali kulihat buruk terjadi padamu, yang selalu membangunkanku tengah malam, diiringi tangis dan juga do'a tentunya, agar engkau selalu dalam lindungan-Nya. Ellies, apa kau merindukanku? sama seperti aku merindukanmu? entahlah... mungkin iya, mungkin juga tidak. karena sungguh, dari sekian tahun persahabatan kita, aku masih pula tak pernah bisa membaca hatimu, yang aku tau, di segala keangkuhan dan kesinisanmu tentang hidup ataupun orang2 disekitarmu, ada luka mendalam yang tak dimengerti oleh orang2 itu.
Aku tau, meski kadang kau menceritakan rasa kesepian dan rasa sakitmu dengan tertawa, menertawakan hidupmu yang kau bilang begitu2 saja, tetapi sebenarnya, kau merasa sendiri dan terlukai oleh kesendirian itu, sayangnya kau tak pula ijinkan aku masuk kedalam kesendirianmu untuk menemanimu. ya itu, kau terlalu angkuh untuk di temani, selalu bisa menghadapi hidup seorang diri. ah, seandainya kau tau kalau kau tak sekuat itu. diam2 aku sering memergokimu menangis dalam sendiri, saat ku tanya kenapa, kau bilang hatimu terluka. terluka oleh apa, kau hanya menggeleng saja.
Duh Ellies, bagaimana kabarmu sekarang? apa masih angkuh, apa masih sinis, apa masih merasa sendiri seperti dulu? kenapa kau tiba2 menghilang, atau apa sebenarnya kau tak menghilang, hanya aku saja yang tak melihatmu dalam kelam?
Terakhir kali aku melihatmu adalah 4tahun lalu, ketika kau bercerita panjang lebar tentang lelaki angkuh yang kau cintai, tapi tak pernah menengok padamu sedikitpun. kau bilang, cerita cintamu yang kau ceritakan padaku selalu gagal pada akhirnya. maka ketika kau mulai menyadari mencintai lelaki itu, kau tak cerita padaku. aku diam, seburuk itukah aku di pikiranmu?
"lalu kenapa kau ceritakan itu padaku sekarang?" tanyaku kala itu
"karena dia sekarang jadi teman dekatku, dan dia bilang suka dengan sahabatku yang lain, yang lebih cantik, yang lebih feminim dan lebih punya dada yg besar. dan aku tau pada akhirnya, ia tak kan menoleh padaku, sampai kapanpun" hampir saja aku terbahak ketika kau berkata tentang dada,tapi kutahan, aku masih ingin jadi pendengar yang baik untukmu. ah sobat... itu sudah anugrah tuhan, kita mau apalagi.Tak mungkin juga aku menyuruhmu untuk suntik botox demi menarik laki2 itu kan? aH... andai kau tau, kau itu cantik Ellies, setidaknya lebih cantik dari aku :)
"Kita tak pernah tau rahasia jodoh ellies" kuharap kata2ku bisa menghiburmu, tapi nyatanya tidak, aku salah
"Kau bisa berkata begitu karena laki2 yang kau sukai juga menyukaimu" jawabmu sedikit menggebu
"Karena aku berani bertanya padanya tentang perasaannya padaku"
"Lalu kau ingin aku jadi cewek agresif yang sok2 ngejar dia, menyatakan cintaku dulu begitu? cih, menurunkan derajat saja. aku bukan wanita seperti itu"
"Itu pilihanmu Ellies, karena sikapmu inilah kau sering terluka oleh dirimu sendiri. bagaimana laki2 bisa tau kalau kau menyukainya, kau bahkan tidak memberinya tanda sedikitpun"
"Aku tak ingin jadi wanita murahan" katamu ketus
"Terserah kamulah, dari dulu aku tak pernah paham jalan pikiranmu" kataku jengah
"Iya, ini Hidupku" lalu kau pergi, entah kemana. dan sejak itu aku tak tau kabarmu.
Aku tak marah lies, sungguh. meski kau meninggalkan persahabatan kita tanpa kabar, meski kadang ketika kau marah, kau sering membanting pintu rumahmu ketika aku pergi. atau kau tak membalas telpon/smsku ketika aku butuh teman bicara. sungguh aku tak marah, setidaknya jika memang kau tak mau lagi bersahabat denganku, temui aku sekali saja, agar aku yakin bahwa kau baik2 saja. dan segera menyangkal mimpi2 buruk tentangmu yang sering datang padaku. sungguh Ellies, hanya itu mauku
Taukah kau lies, tiap aku lewat depan rumahmu, ingin rasanya aku mampir kesana, tapi entah kenapa, aku tak pernah punya keberanian itu. nomer hpmu pun sudah tak bisa dihubungi. hanya pada do'a di tiap sujudku yang selalu menyalurkan rinduku padamu, semoga kamu selalu dalam lindungan-Nya,dan selalu berbahagia.
Yang terlupakan,
El Arifah
Komentar
Posting Komentar