Tentang kebaikan dan prasangka

 


Beberapa saat lalu seorang kerabat menawarkan bantuan untuk membelikan anak2ku sepatu, beliau laki2, sudah sepuh, seumuran ayahku. Kami tidak terlalu dekat, bertemu sangat jarang, mungkin beberapa tahun sekali, sudah lama pula loss contact, long story short aku menolak halus tawaran itu, bukan maksud sombong tapi aku masih sangat trauma menerima kebaikan seseorang, beberapa tahun lalu, aku punya pengalaman pahit tentang menerima kebaikan seseorang, Beliau begitu baik, selalu bilang "jangankan sama keluarga, sama orang lainpun, aku gak pernah perhitungan dalam menolong kalau memang aku bisa tolong"

Tahun lalu aku berselisih paham dengan beliau, aku tidak bisa menuruti permintaan beliau yang bertentangan dengan prinsipku, pada akhirnya beliau memfitnahku habis-habisan, bilang aku tak tau diri, tak tau terima kasih dll, ternyata kebaikan beliau tidak gratis, itu adalah harga yang harus aku bayar untuk kepatuhanku sebagai manusia bebas.

Malamnya aku bercerita pada kakak perempuanku tentang tawaran kebaikan kerabat kami, dia bilang "El, tawaran itu untuk anak2mu, siapa tau itu adalah rejeki dari Allah untuk mereka, dan orang2 itu tau betapa Allah menganjurkan umatNya untuk menyayangi anak2 yatim, kita gak bisa mengatur niat/pikiran orang lain, yang bisa kita atur ya pikiran kita sendiri, niat Lillahita'alah menerima kebaikan mereka karena Allah, baik buruknya biar Allah yang balas"

Aku terdiam cukup lama, merenungi kata2 kakakku

Disaat yang lain, seorang teman laki2 yang dulu pernah satu project denganku menanyakan kabar, kami rekan 1 team yang cukup kompak dulu, kami mengobrol menanyakan perkembangan project masing2, hingga di satu moment dia minta nomer rekening, aku tanya untuk apa? dia jawab ada rezeki dikit untuk anak-anakku. Mak Deg~~~kok kayak dejavu ya

Disatu sisi, aku gak mau kebaikan ini nantinya bisa menjadi fitnah untuk kami, aku pernah menjadi istri dan berumah tangga, aku mencoba memposisikan diriku di posisi istri rekan kerjaku, aku bakal kesel banget umpama suamiku mentransfer diam-diam rekan kerjanya yang janda, kasihan adalah alasan paling klise dari sebuah kecurangan, A'udzubillahimindzalik. Di sisi lain, aku gak mau dzolim, mencegah seseorang berbuat baik pada anak yatim dan mencegah rejeki yang Allah datangkan untuk anak-anakku.

Setelah cukup lama menimbang dan memilih kata2, akhirnya aku membalas pesan rekan kerjaku,

Pak A, matur suwun banget, tak terima niat apik e sampean, seumpama sampean pingin ngasih rejeki anak2ku alangkah baiknya yang transfer bojo sampean, aku gak mau nanti jadi fitnah

Beliau cuma jawab 1 kata "ok", ada perasaan bersalah, takut menyinggung dan lain sebagainya tapi Masayallah, tak berapa lama kemudian, ada sebuah pesan masuk ke HPku, menyapaku dengan santun menanyakan apakah aku sedang sibuk sambil memperkenalkan diri sebagai istri rekan kerjaku (Pak A). Allahumma Barik.

kami mengobrol singkat via WA, sampai akhirnya beliau menyampaikan maksud dan tujuannya bahwa ingin memberikan sedikit rizki untuk anak-anakku. 

Diakhir pesan, kami saling mendoakan untuk kebaikan masing2. Ya Allah... terima kasih, betapa aku bersyukur dipertemukan dengan orang-orang baik dengan cara yang baik pula 😊

Terima kasih ya Pak dan Bu A, sehat selalu dan semoga rejeki kalian selalu berlimpah dan Berkah 💓


Best Regards,

El

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar Bahasa Thailand

Serenade

So... when you cancall me mommy?